Bagai disergap kesunyian saat tari Bedhaya Diradameto membuka
pertunjukan malam itu.
Bedhaya Diradameto merupakan tari yang sudah berusia hampir 100 tahun,
bagian dari seni tari Keraton Mangkunegaran Surakarta, dan tidak pernah
dipentaskan ke hadapan publik sebelumnya. Tariannya mengisahkan
pertempuran penuh keberanian Pangeran Sambernyawa dengan tentara VOC di
Sitakepyak, selatan Rembang.
Selain itu ada pula koreografer Belanda, Gerard Mosterd, ikut
mementaskan karyanya dalam libreto berjudul L'Historie du Soldat, yang
dibawakan secara jenaka. Melibatkan penari Eko Supriyanto, Martinus
Miroto, Sri Qadariatin, dan narator Jamaluddin Latif.
Indonesia Dance Festival (IDF) memasuki tahun penyelenggaraan kesebelas.
Sebagai sebuah festival tari berskala internasional, IDF hendak
merangkul masyarakat tari Indonesia, baik penari tradisional maupun
kontemporer.
Tahun ini yang diusung adalah Indonesia Menari. Selama sembilan hari ke
depan IDF akan mementaskan karya para penata tari yang antara lain asal
Indonesia, Jepang, Korea, Jerman, Aljazair, Taiwan, Finlandia, Inggris,
Perancis, Tunisia, Belgia, dan Kamboja.
Gelaran pentas direncanakan setiap hari di berbagai tempat yang berbeda,
yakni Taman Ismail Marzuki, Gedung Kesenian Jakarta, dan Institut
Kesenian Jakarta. Sementara sejumlah acara dalam rangka IDF telah
digelar sejak bulan Februari lalu. Rangkaian kegiatan itu seperti
seminar tari, lomba tari, dan bengkel kerja koreografi.
Gerakan Indonesia Menari ini diusung oleh Djarum Apresiasi Budaya,
Indonesian Dance Festival (IDF), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI
Jakarta, serta Ikatan Abang None Jakarta (IANTA). Tujuannya untuk
menarik masyarakat Indonesia kembali mencintai budaya tari yang hampir
dilupakan oleh masyarakat.
"Menari adalah pesan yang ingin disampaikan sepanjang rangkaian acara
ini. Sebab tarian selalu identik dengan kegembiraan, keluwesan, dan
harmonisasi. Menari sama seperti mengajak semua warga untuk kreatif
membangun bangsa karena keluwesan tak hanya diciptakan oleh gerakan
tubuh tapi juga pola pikir," tutur Maria Darmaningsih, Direktur IDF.
Ia menambahkan, tarian mengasah kepekaan insan dalam merayakan
kehidupan. Bila rasa peka itu hilang, kita juga kehilangan empati kepada
lingkungan sekitar kita.
(Gloria Samantha. Sumber: Kompas)
http://seninusantara.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar